Ibuku sayang,
di hari yang sangat istimewa ini, aku masih belum tu harus memberi apa. Engkau yang
selalu bersyukur atas segala karunia-Nya, tidak pernah merasa kekurangan
walaupun di saat sulit atau susah sekalipun. Ingin ku memberi sebogkah emas
permata sebagai pengganti segala biaya yang kau korbankan demi pendidikanku,
tetapi aku yakin kau akan menolaknya dengan tegas. Aku curiga itu yang akan
menjadi jawabanmu. Maka, di saat kita dipisahkan oleh jarak seperti ini,
izinkan aku mengawali tulisanku dengan menuliskan surat untukmu, walau aku
sadar tidak ada kata-kata yang cukup indah untuk menggambarkn kasih sayangmu. Tidak
ada Bahasa yang mampu menggambarkan segala pengobarnanmu yang telah engkau
lakukan tanpa rasa lelah.
Engkau selalu membisikkan doa
sembari mengelus lembut perutmu, menungguku hadir, ingin mendengar suara
angisan pertamaku, bertaruh nyawa demi membawaku hadir di dunia ini. Dan diwaktu
aku lahir, kau tidak pernah mengeluh saat membersihkan kotoranku. Sejalan waktu,
engkau tetap tidak pernah lupa untuk mendoakanku dalam setiap ibadahmu,
walaupun aku tidak pernah ingat untuk mendoakanmu.
Betapa kesalnya aku di masa lalu
saat engkau tidak bias membelikan mainan yang aku inginkan, padahal entah kapan
aku membelikan barang yang engkau mau. Aku marah karena memberikan hadiah yang
tidak sesuai keinginanku di waktu berulang tahun, tetapi aku bahwa kau
mmbungkus hadiah itu dengan penuh kasih sayang. Saat beranjak dewasa, aku
sering berkata bahwa aku sayang kepadamu, tetapi membuatkanmu sarapan saja
tidak pernah. Engkau tidak meminta banyak hal dariku, tetapi bahkan mengecup
tanganmu pun tak bias aku penuhi. Sepertinya, aku terlalu sibuk membuat bahagia
diriku sendiri. Lalu kapan aku mampu membuktikan rasa sayngku padamu? Saat engkau
terlalu tua? Dikala engkau sakit-sakiyan? Bagaimana jika aku terlambat?
Ah, Ibu. Setiap kali ulang tahunmu datang,
aku selalu membenci hari tersebut. Mengetahui bahwa rambutmu mulai memutih
serta keriputmu semakin bertambah, sementara waktu kita semakin sedikit. Dan aku
hanya bias menjadi orang penuh dosa, sementara engkau terus menjadi seorang
pendoa. Dan aku terlalu sibuk dengan keaku-anku, sementara dirimu sibuk
merindukanku. Betapa aku sering mengeluh atas kekuranganmu, tetapi tidak sadar
akan kekuranganku sendiri. Jarangnya aku mengucap terima kasih atas
perjuanganmu untuk membesarkanku hingga aku bisa seperti saat sekarang ini. Engkau
adalah orang yang selalu membuatku semangat untuk berfikir lebih bijak dan berbuat
lebih.
Apa artinya pergi, jika engkau tak
menjadi tempatku untuk kembali? Apa arti sakit, jika kau tak menjadi malaikat
penyembhku? Dan apa artinya aku, jika tidak mampu membuatmu tersenyum? Ibu,
maaf untuk segalanya. Izinkan aku membayar dosa-dosaku yang begitu banyak,
berusaha sekuat tenaga meskipun aku sadar itu tak mungkin menggantikan kasih
sayangmu, membahagiakanmu sampai salah satu dari kita dipanggil oleh-Nya. Berulangtahunlah
selamanya, agar aku mampu melihat mu selama hidupku. Aku menyanyangimu.
Komentar
Posting Komentar